Masjid Kampus UGM, Sebuah Hikayat dan Ruang Bagi Perbaikan.

Masjid Kampus UGM, Sebuah Hikayat dan Ruang Bagi Perbaikan.

Bernama asli Masjid Jamaah Shalahuddin, namun ia lebih dikenal dengan Masjid Kampus (Maskam) UGM, merujuk pada lokasinya yang berada di tengah-tengah kompleks Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia dibangun dalam rangka memperingati ulang tahun ke 50 institusi pendidikan tinggi tersebut yang jatuh pada tahun 1999. Tempat ibadah ini sendiri mulai dibangun pada 21 Mei 1998, tepat ketika Presiden Soeharto turun dari jabatannya setelah mendapatkan tekanan hebat dari dalam negeri atas krisis yang melanda Indonesia.

Lawatan Ke Bumi Pandhalungan (bag. 2)

 Sebelumnya di bagian 1

Suatu malam saya menyambangi salah satu hajatan seni di Desa Tanjungrejo. Pertunjukan ludruk tengah berlangsung namun tak seperti ludruk khas Jawa Timur umumnya.  Beberapa yang mencolok yaitu dendang dimainkan memakai dua jenis alat musik gamelan Jawa dan thong-thong ala Madura. Keduanya menelurkan musik yang lebih rancak. Belum lagi penggunaan dua bahasa Jawa dan Madura. Tiba-tiba saya menapak tilas kenangan saat pertama kali melawat ke kabupaten tapal kuda ini beberapa tahun silam. Kala itu saya pikir kota tembakau ini sama seperti daerah lain di Jawa Timur yang didominasi suku Jawa. Maka saya begitu terperangah saat bersua begitu banyak orang Madura di Jember.

Lawatan Ke Bumi Pandhalungan (bag. 1)

Lawatan Ke Bumi Pandhalungan (bag. 1)

Saya tengah berkelebat di daerah Sumuran sambil mencuplik kenangan setahun silam. Kala itu di lokasi yang sama bau wangi memenuhi relung hidung dan memaksa saya melambatkan laju roda dua demi menikmatinya lebih lama. Semerbak tersebut berhulu dari deretan gudang pengeringan daun tembakau yang berjajar di sepanjang jalan. Tak sulit menemukan bangunan besar memanjang yang terbuat dari bambu dan kayu itu di pinggiran Jember. Nampak pula iringan truk dan mobil bak terbuka hilir mudik keluar masuk area gudang pengeringan. Hingar.

Eduwisata Kopi dan Kakao Di CCSTP Puslitkoka

Eduwisata Kopi dan Kakao Di CCSTP Puslitkoka

Area perkebunan karet yang rimbun langsung menyapa. Tak lama deretan rapi pohon mahoni di sepanjang jalan tak luput menyambut. Seketika udara sejuk merasuk mengusir hawa panas khas daerah dataran rendah. Tempat ini berada sekitar 20 kilometer barat daya dari pusat kota dapat digapai setelah berkendara selama kurang lebih empat puluh lima menit. Berada di tengah alam pedesaan, destinasi ini menarik bagi pengunjung yang sekedar ingin merasakan udara segar atau dengan tujuan lebih serius sesuai namanya. Coffee and Cacao Science Techno Park (CCSTP), lebih dikenal dengan instansi penaungnya Puslitkoka alias Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, menjadi daftar tujuan rekreasi baru di wilayah Kabupaten Jember tepatnya Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji.

Kampong Blangkon Serengan, At Glance (Secuplik Tentang Kampung Blangkon Serengan)

Serengan Quarter located on south side of city of Solo, Central Java,  might not as popular as other urban settlement such as Kauman or Laweyan. However, the narrow alleys and crowded houses presents an interesting story. The dense region is known as Kampong Blangkon, a nickname for place-based community which many of the resident make a living as blangkon artisan. Blangkon is traditional javanese headdress worn by men and made of batik fabric.

The Down Syndrome Diary (Jalan Panjang Si Istimewa)

The Down Syndrome Diary (Jalan Panjang Si Istimewa)

The genetic disorder found by Dr. John Langdon Down in 1866 for moms is like a knocked out hit. This thunderstorm in the sunny day happened to an Indonesian Triana Puji Astuti, or Nana, as she gave birth to Naura Elvira Putri in November 2013. The heartbreaking news stroke her just a week later as the doctor said her second daughter carrying Down Syndrome. There are several conditions leads to a high risk of the abnormality one of which is women who in labor at early or later age. Nana had the event by the age of 42. Indonesia alone in 2010 according to Ministry of Social Affairs had around 7 million disabled people and 300,000 of them is living with Down Syndrome.

Mengetuk Pintu Laweyan

Mengetuk Pintu Laweyan

Laweyan adalah batik. Konotasi itu telah terbangun sejak lama. Apalagi selepas daerah yang berada di tepi Kota Solo itu resmi bertajuk Kampoeng Wisata Batik pada 2004. Namun seorang teman asal Solo, Halim Santoso meyakinkan saya bahwa Laweyan lebih dari sekedar batik. Sebuah bujukan tersamar. Ditemani Halim, saya pun menjajal membuktikan lisannya itu. Di luar perkiraan. Alih-alih banyak orang atau kendaraan berseliweran, kampung ini lengang untuk ukuran tempat wisata padahal saat itu hari minggu.