Binaraga Jebor, Ketika Pekerja Pabrik Genteng Menjadi Pesohor

Binaraga Jebor, Ketika Pekerja Pabrik Genteng Menjadi Pesohor

Sebuah lomba di Jatiwangi membuat para pekerja pabrik genteng unjuk otot dan disoraki laksana pesohor. Absurd namun kreatif. Di balik fungsi hiburan, ada hal lain yang sedang dibangun, kebanggaan dan identitas kebudayaan tanah. Perkara penting di tengah merosotnya nasib Jatiwangi sebagai penghasil genteng tanah liat yang sejarahnya bermula sejak awal abad 20.
Taman Tino Sidin, Mengenang Sang Maestro (Guru) Lukis.

Taman Tino Sidin, Mengenang Sang Maestro (Guru) Lukis.

“Ya, bagus”, seru lelaki bertopi baret itu kepada beberapa anak yang sedang melukis. ”Jangan takut. Teruskan saja”, lanjutnya. Kalimat ini tak asing bagi mereka yang mengalami masa kecil di era 1970-1990an. Tayangan televisi berdurasi setengah jam tersebut seolah menjadi tontonan wajib anak-anak di masa itu. Saat itulah seminggu sekali anak-anak duduk manis ndomblong di depan layar kaca.

Festival Pegon, Berlebaran Di Atas Gerobak Sapi

Festival Pegon, Berlebaran Di Atas Gerobak Sapi

Jam 7 pagi Desa Sumberrejo masih tampak seperti biasa. Namun tak lama kemudian kemeriahan mulai menyelimuti desa kecil di Kecamatan Ambulu, Jember, Jawa Timur tersebut. Keriuhan berasal dari depan balai desa, tepatnya puluhan pegon atau gerobak bertenaga sapi yang datang dari beberapa desa sekitar untuk berpartisipasi dalam acara Festival Pegon.

Mengintip Dapur Mobil Hias Yogya

Mengintip Dapur Mobil Hias Yogya

Dahulu Alun-Alun Selatan Yogyakarta bukanlah tempat favorit untuk menghabiskan waktu luang. Kala itu kehidupan malam di sana hanya hadir dari sejumlah pedagang barang bekas, warung angkringan, dan anak-anak muda yang nongkrong tanpa alasan jelas. Penerangan yang ada hanya berasal dari  temaram lampu jalan dan lampu kendaraan yang melintas. Suasana remang-remang ini tak jarang memancing terjadinya hal-hal tak pantas.

Sapu Upcycle, From Trash To Cash (Dari Limbah Menjadi Berkah)

Sapu Upcycle, From Trash To Cash (Dari Limbah Menjadi Berkah)

The joglo (javanese traditional house) seems to be nothing special at glance, just an ordinary house. Yet there’s something inside. Looks messy but sightly thanks for an artistic touch. The most interesting is the activity takes place. The house which located on the outskirt of Salatiga City is a workshop place for upcycling waste into products with a environmental, functional and aesthetical value. And above all, economical. Not plastic, bottle, glasses, paper nor some other material which commonly used for recycling, it’s inner tube waste.

Bekakak, A (More Than) Tradition Far Beyond The Time. (Terus Lestari Tak Sekedar Tradisi)

Bekakak, A (More Than) Tradition Far Beyond The Time. (Terus Lestari Tak Sekedar Tradisi)

Once upon a time in Ambarketawang, Gamping, Sleman around 1755 Ki Wirosuto and his wife which were a royal servant at Yogyakarta Palace and also limestone miner died in an accident while working in the mine. The tragedy sadly took place for several times further. In the past many locals took a living as miners since the area was a landscape of limestone (gamping). The king Sri Sultan Hamengkubuwono I, who resided in Ambarketawang while waiting the completion of his palace, soon ordered to peform a ritual to avoid the grief continues.  A procession called Saparan Bekakak held annually every Sapar month in javanese calendar or also called Safar in islamic calendar.