Coba perhatikan foto-foto di halaman ini. Saya menghasilkan potret-potret tersebut dalam rangka penugasan dari klien maupun project pribadi. Harusnya anda bisa dengan mudah menebak apa profesi subyek dalam foto tersebut. Sekarang coba bandingkan jika foto tersebut diambil di sebuah studio foto dengan latar polos atau foto pemandangan artifisial layaknya foto-foto wisuda. Apakah anda masih bisa dengan mudah mengetahui pekerjaan si subyek foto? Nah, foto-foto ini bisa disebut sebagai environmental portrait.
Tag: photography
Sejumput Kisah Negeri Daun Emas (bag. 2)
Sebelumnya: Sejumput Kisah Negeri Daun Emas (bag. 1)
Kahar Muzakir mungkin adalah sosok yang paling mafhum perkara tembakau Jember. Saya sempat bersua sesaat di pabrik cerutu miliknya di Jubung. Ia masih tampak gesit untuk ukuran usia 80 tahun. Suara berat dan gaya bicaranya menyiratkan pengalaman dan pengaruhnya yang besar.
Sejumput Kisah Negeri Daun Emas (bag. 1)
Siang itu angin semilir membelai lembut wajah kala saya melintas aspal antara Kalisat dan Mayang. Roda dua melaju lambat dan helm sengaja dilepas demi khusyuk menghirup semerbak wangi yang mengudara. Harum itu berasal dari daun tembakau yang dijemur di banyak halaman rumah. “Mungkin di Jember dulu lapangan dibuat bukan untuk bermain bola tapi menjemur tembakau ya. Haha,”
Bandung Street Fighter (Pejuang Jalanan Bandung)
Bandung, the West Java capital is a communal area and popular destination at a time. It has hectic street just like other big cities. Almost no time for calmness. Hard, dusty and noisy. It is a melting pot which leads to high risk of conflict. Yet it offers living for those who made a try, the strong who dear to face the risk of working on the street. Messy weather and the ruthlessness of street are classic problem that always set to say hello at the most unexpected times. Street is no place for the faint-hearted. Here are some of the Bandung street fighters
Memotret Pemandangan (tips)
Seorang teman pernah mengatai saya sebagai penipu. Itu karena dia merasa kecewa ketika berkunjung ke sebuah pantai yang menurutnya pemandangannya jelek. Sedangkan di tempat yang sama, saya dapat menghasilkan foto yang menurutnya bagus, dan foto itulah yang membuatnya ingin berkunjung ke pantai tersebut. Pernah merasakan hal yang sama?
Kamera apa yang paling bagus?
Semangkok mi instan ( yang herannya saya tau penuh micin tapi tetap saja doyan ) menghangatkan malam itu sambil menonton pilem paporit (sumpah saya bukan orang Sunda). Tapi kesyahduan terganggu ketika HP saya berbunyi. Sebuah pesan dari seorang sohib yang masih nubie dalam urusan fotografi ingin membeli kamera pertamanya dan berujung pada pertanyaan seperti judul tulisan ini.
Once upon a time in Bromo (Suatu ketika di Bromo)
Finally, a happy ending for the second visit to one of the tourist icons of Indonesia, East Java especially . It’s paid off after the first visit two years ago ended with a nightmare, cloudy, got a rain in the desert, and worst of all, too many visitors. Thank you Lord, for Thy verses.
Awas Komplotan Toko Kamera Nakal!
Jika Anda berencana membeli kamera dan atau asesorisnya, tidak ada salahnya membaca tulisan ini sejenak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Seiring makin berkembangnya teknologi, dunia fotografi juga semakin marak dan lebih banyak kalangan masyarakat bisa menjangkaunya.