Tangannya tampak terampil meliuk-liukkan canting di atas alas kaki berbahan kayu. Ardian, pemuda lokal Tasikmalaya itu sedang melukis pola di atas kelom, alas kaki berbahan kayu, kerajinan andalan kota asalnya tersebut. Sedangkan di sudut ruangan yang lain beberapa temannya sedang mengerjakan tanggung jawabnya masing-masing. Ada yang memotong alas kelom sementara yang lain menggambar pola menggunakan semprotan. Tak lama beberapa pasang alas kaki kayu ini telah berubah menjadi cantik dan siap menjalan proses berikutnya.
Tak lebih satu jam waktu yang dibutuhkan Ardian dan teman-temannya menyelesaikan sepasang kelom. Ian, begitu ia biasa dipanggil, sendiri adalah satu di antara sekian banyak warga usia produktif di Tasikmalaya yang menghidupi diri sebagai perajin kelom. Saat ini ia menjadi karyawan di salah satu sentra industri kelom Sagitria. Sang pemilik, Nuryana, telah 15 tahun menggeluti usaha pembuatan kelom dengan skala industri rumahan. Berawal dari mendesain dan membuat kelom sendiri, kini ia seorang juragan.
Sebagai seorang yang mengerti betul di dunia perkeloman, Nuryana sangat paham apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan yang terbaik. Pemilihan bahan baku misalnya. Ia selalu berusaha menggunakan kayu mahoni sebagai bahan baku utama dan hampir semua usaha pembuatan kelom menggunakannya. Kuat, tahan lama, namun mudah dipoles adalah kelebihan utamanya. Seluruh proses pembuatan juga melibatkan manusia karena membutuhkan ketelatenan. Mulai dari pemotongan kayu, penyerutan, pengeringan, pengecatan, penjahitan sampai finisihing.
Bicara tentang corak, ada alasan tertentu kenapa corak yang dipakai cenderung berwarna-warni dan terkesan centil. Mayoritas alas kaki ini memang menyasar kaum hawa yang sangat sensitif dalam urusan penampilan. Kelom khusus perempuan ini disebut dengan kelom geulis, alias kelom cantik. Sedangkan untuk pria disebut kelom kasep atau kelom tampan.
Saat ini Kang Nana begitu ia dipanggil mampu menghidupi tiga puluh karyawan. Meskipun menjadi juragan ia kadang masih turun langsung membuat kelom. Sagitria sendiri saat ini mampu merambah pasar luar negeri, mayoritas berasal dari Jepang. Jika sedang menerima order ekspor maka industrinya itu bisa berproduksi sampai seratus pasang per hari dan akan turun setengahnya dalam kondisi normal. Selain kelom Sagitria juga membuat sepatu dan sandal dalam jmlah terbatas. Pria paruh baya ini memberi bocoran bahwa beberapa alas kaki dengan merk terkenal yang banyak dijumpai di pusat perbelanjaan di kota-kota besar Indonesia sebenarnya adalah hasil karya perajin kelom di Tasikmalaya termasuk dirinya. Ya, Tasik memang sudah lama kondang sebagai penghasil alas kaki.
Nuryana adalah salah satu contoh warga lokal yang sukses berkat kelom dalam level industri kecil. Ada begitu banyak sentra industri kelom di seantero kota. Siapa sangka alas kaki kayu yang sebenarnya dulu diperkenalkan oleh bangsa Belanda dengan sebutan kelompen ini sekarang menjadi kerajinan khas Sunda khususnya Tasikmalaya. Dan berkat usaha orang-orang kreatif seperti Nuryana ini ekonomi Tasikmalaya menggeliat.
Artikel ini dibuat atas kerja sama dengan Badan Promosi Wisata Jawa Barat
#pesonaindonesia #wonderfulindonesia #explorewestjava
Foto pertama seperti sandal kayu khas negeri kincir angin ya, pantas memang kalau awal mulanya kelom geulis/kasep ini dikenalkan oleh bangsa Belanda
yes betul sekali