Mengintip Dapur Mobil Hias Yogya

Mengintip Dapur Mobil Hias Yogya

Dahulu Alun-Alun Selatan Yogyakarta bukanlah tempat favorit untuk menghabiskan waktu luang. Kala itu kehidupan malam di sana hanya hadir dari sejumlah pedagang barang bekas, warung angkringan, dan anak-anak muda yang nongkrong tanpa alasan jelas. Penerangan yang ada hanya berasal dari  temaram lampu jalan dan lampu kendaraan yang melintas. Suasana remang-remang ini tak jarang memancing terjadinya hal-hal tak pantas.

Tahun 2013 perubahan menjamah. Alkid, begitu warga  Yogyakarta biasa menyebut – singkatan dari Alun-Alun Kidul (selatan) – mulai hingar dengan lampu warna-warni dan lagu bising yang diputar dari sejumlah sound system. Dan perlahan lapangan rumput dengan dua beringin di tengah tersebut menjadi lirikan pengunjung. Semua itu berkat kehadiran wahana hiburan mobil hias atau kadang disebut odong-odong. Prinsipnya yaitu pengunjung berkeliling menggunakan ‘mobil’ berkapasitas maksimal empat orang dengan penggerak berasal dari kayuhan kaki penumpangnya. Daya pikat utamanya apalagi kalau bukan bentuk mobil yang unik dengan karakter tokoh kartun atau hewan, kelap-kelip lampu LED dan suara lagu dari pengeras suara.

Tampak sederhana namun ternyata wahana itu mampu menyuntikkan gairah baru. Alun-Alun Selatan kini seolah menjadi destinasi wisata baru tak resmi di Yogyakarta. Fenomena serupa juga menjalar di sejumlah daerah di Indonesia berkat hiburan semenjana itu. Sebut saja ruas jalan di Pangandaran, Batu, Medan dan kota-kota lain yang identik dengan atraksi wisata.

Muhammad Arifin adalah salah satu sosok yang bertanggung jawab atas hadirnya wahana hiburan ini. Pria 32 tahun ini awalnya hanya melayani jasa las logam di bengkelnya yang berada di Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Ia mulai berkreasi dengan membuat kereta hias pada 2009. Pada 2013 berawal dari iseng Arif kembali mendesain wahana mobil hias yang terinspirasi bentuk mobil antik yang masih cukup sering berseliweran di jalanan Yogyakarta.

Karyanya tersebut ternyata diminati beberapa warga Alkid untuk mencuri perhatian pengunjung di sana. Dan ternyata kehadiran odong-odong berlampu itu menghadirkan antusias yang tinggi. Pesanan pun mulai bertambah seiring makin tingginya pembeli yang umumnya adalah warga Alun-Alun Selatan. Mereka tergoda potensi ekonomi yang muncul dari hiburan baru itu. Arif pun kewalahan karena saat itu hanya mengerjakan sendirian dan menghabiskan waktu dua minggu untuk satu unit mobil hias.Ia mulai mencari tenaga bantu dan kini bengkelnya yang bernama Yoga Art memiliki 10 karyawan. Ia kembali berinovasi denga menambah variasi bentuk mobil hias. Selain bentuk VW kodok ada juga bentuk Jaz, Mories, VW combi dan klasik.

Kisah nyaring mobil hias di Yogyakarta terdengar juga di daerah lain. Beberapa pelanggan dari luar kota termasuk Pulau Sumatra, Kalimantan dan Papua mulai menghubunginya. Bahkan mancanegara tak luput untuk tertarik mencoba. Malaysia dan Singapura adalah dua negara yang tercatat rutin masuk daftar pelanggan. Dalam kondisi normal rata-rata pesanan per bulan sekitar 8 unit dan akan berlipat ganda menjelang liburan panjang seperti bulan puasa dan akhir tahun.

Arif mematok harga 15 sampai 18 juta rupiah tergantung jenis dan jumlah pesanan. Harga tersebut termasuk kelengkapan berupa lampu LED, sound system dan baterai aki. Lama waktu pembuatan satu unit mobil hias sendiri berkisar satu minggu. Dimulai dari mencetak bodi dari bahan fiber, merakit dengan rangka besi, mengecat, dan terakhir pemasangan asesoris.

Umumnya Yoga Art menjalin relasi bisnis langsung dengan pelaku usaha wisata. Namun ada juga makelar yang menjadi pembeli. Biasanya mereka akan mengambil ‘kosongan’ yaitu bodi tanpa asesoris seperti lampu LED dan sound system dengan harga yang terdiskon tentunya. Selanjutnya si perantara akan memberi sentuhan modifikasi yang lebih bervariasi dan menjualnya dengan harga yang lebih mahal.

Arif mengaku hingga saat ini jumlah pesanan cukup stabil bahkan cenderung bertambah. Ini terkait dengan wisata mobil hias yang masih populer dan mampu menggamit banyak kalangan. Satu hal lagi yang turut berperan yaitu kondisi dimana tidak banyak bengkel yang melayani jasa seperti ini. Bahkan menurut penuturan Arif di Indonesia hanya ada dua bengkel pembuatan mobil hias. Satu lagi juga berada di Yogyakarta persisnya di daerah Kalasan, Sleman.

Arif kini tengah mereguk sukses dari kreatifitasnya. Ia adalah satu contoh kecil bagaimana inovasi sederhana membawa dampak besar. Bukan hanya menghasilkan uang namun juga menghidupkan tempat yang suram.

Indonesian-based photographer and story teller
4 comments
  1. wah keren yah , sangat inspiratif….

  2. Betul, Alkid sekarang jadi meriah. Tapi terkadang, terbesit rindu untuk Alkid yang sepi seperti saat masih kuliah dulu….

    1. yaya…masing2 ada enak dan ga enaknya. salam kenal dan terima kasih telah berkunjung

What's on your mind